PM Canada Dan Komunitas Ahmadiyah Canada

Senin, 15 September 2008

Opini Gus Dur

Peringatan Harlah NU ke-82

Islam Ngotot Muncul dari Kota


Jakarta, wahidinstitute.org
Presiden Republik Indonesia ke-4 KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dan pengasuh Ponpes Raudhatut Thalibin Rembang Jawa Tengah KH. Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus) didaulat menjadi narasumber pada peringatan
Harlah NU ke-82 bertema Sufi dan Toleransi di Indonesia, yang diselenggarakan the WAHID Institute di Kantor the WAHID Institute Jl. Taman Amir Hamzah No. 8 Matraman Jakarta, Senin (28/01/2008).

Pada acara yang dipandu Direktur Eksekutif the WAHID Institute Ahmad Suaedy ini, tampak hadir mantan juru bicara Gus Dur Adhie M Massardi, penyanyi Franky Sahilatua, Sekjen DPP PKB Yenny Wahid, anggota FKB Badriyah Fayumi, dan aktivis HAM MM Billah. Tampak juga aktivis dari berbagai agama dan lembaga sosial.

Dalam orasinya, Gus Dur mengingatkan, Islam mengajarkan toleransi dan memberi penghargaan yang tinggi kepada umat agama lain. Ini, antara lain, didasarkan pada Qs. al-Kafirun: 6: lakum dinukum waliya din/bagi kalian agama kalian dan bagiku agamaku.

“Ini kata Tuhan, bukan siapa-siapa,” tegasnya.

Menurut Gus Dur, keberagaman agama-agama itu telah ada sejak dahulu kala, yang karenanya tidak seharusnya diseragamkan. Yang terpenting untuk menyikapinya, imbuh Gus Dur, adalah seperti yang diajarkan Empu Tantular 8 abad silam pada masa awal Kerajaan Majapahit, yaitu bhinneka tunggal ika/berbeda-beda tetap satu jua.

“Ini yang harus kita pegangi. Jangan mencari perbedaannya, tapi carilah persamaannya,” pesannya.

Karena itu, menurut Gus Dur, apa yang dilakukan kelompok Islam keras dengan menuntut penyeragaman, itu tidak bisa dibenarkan. “Saya rasa, saya sependapat bahwa semuanya ini terjadi karena mereka nggak paham ajaran agama,” tuturnya.

Gus Dur lantas mengaitkan ketidakpahaman pada ajaran agama ini dengan keputusan Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada 1986, yang mengharamkan kaum muslim mengucapkan selamat natal pada orang Kristen. Hingga kini, Gus Dur mengaku tidak mengerti apa landasan MUI mengeluarkan keputusan demikian.

“MUI bilang, orang Kristen percaya Nabi Isa itu Tuhan. Itu kan urusan mereka. Masak kita ngurusin itu. Simpel to?,” kata Gus Dur. “al-Qur’an sendiri kan bilang salamun ‘alaihi yauma wulid (mudah-mudahan kedamaian atas Jesus pada hari kelahirannya). Wong al-Qur’annya saja membolehkan, kok manusianya melarang,” imbuhnya.

Gus Dur juga mengritik kelompok Islam tertentu yang begitu mudahnya mencap kafir kelompok Nasrani dan Yahudi. Jika al-Qur’an menyebut kata kafir, kata Gus Dur, itu tidak diarahkan pada Nasrani maupun Yahudi, karena mereka memiliki julukan khusus ahlu al-kitab. Karenanya, yang dikatakan kafir itu tak lain musyrik Makkah, yang menyekutukan Tuhan. “Baca gitu aja nggak bisa, ya repot,” katanya.

Pembicara lain, budayawan KH. Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus) menyatakan, Islam yang ngotot atau Islam pethenthengan, itu muncul dari kota, bukan dari desa. Karena lumrahnya, orang-orang desalah yang masih setia merawat Islam yang toleran, tengah-tengah dan yang tidak ngotot. “Ini yang bikin saya bangga dengan desa. Ini menurut pengamatan saya yang agak lama. Mungkin saya salah,” katanya tawadhu’.

Ia juga menyatakan, buku-buku karya Abu al-A’la Maududi, Sayyid Qutub, Hasan al-Banna dan sebagainya, kebanyakan diterjemahkan orang kota. “Saya ndak melihat dari kalangan ndeso atau pesantren yang menerjemahkan buku-buku ini,” ujarnya.

Dan memang, diakui Gus Mus, kini semangat keberagamaan yang berlebihan justru muncul dari kota. Semisal Kota Jakarta, Bandung, Solo dan sebagainya. Karena demikian menggebu-gebunya dalam beragama, katanya, akhirnya timbul Islam yang ngotot atau pethenthengan itu. “Kalau nggak begini, nggak sesuai mereka, pokoknya jahannam,” katanya.

Gus Mus menyayangkan semangat orang kota ini, karena acapkali kengototan itu tak dibarengi dengan ketekunan belajar agama. Akhirnya, imbuhnya, terjadi ketidakseimbangan antara semangat keberagamaan dengan pemahamannya terhadap ajaran agama. “Repotnya, lalu mereka merasa seolah-olah mendapat mandat dari Gusti Allah untuk mengatur orang di dunia ini,” kritiknya.

Mertua mantan koordinator Jaringan Islam Liberal (JIL) Ulil Abshar-Abdalla ini juga mengritik perilaku anarkis kelompok Islam tertentu atas kelompok lain yang berbeda, dengan alasan supaya mereka dicintai Allah SWT. Mereka ini, kata Gus Mus, sesungguhnya belum mengenal Allah SWT, karena Allah SWT adalah Dzat Yang Maha Kasih dan Sayang atas hamba-hamba-Nya.

“Orang yang tidak kenal Gusti Allah tapi ingin menyenangkan-Nya, salah-salah malah mendapat marah-Nya. Jadi tidak logis ada orang mau menyenangkan Allah SWT, tapi tidak mengenal-Nya,” tegas Gus Mus.

Inilah sejatinya, kata Gus Mus, kelompok Islam yang ngaji agamanya tidak tutug alias tidak tuntas. Mereka baru belajar bab al-ghadhab (pasal marah), lantas berhenti mengaji. Dan mereka mengira ajaran Islam hanya sependek itu. Efeknya, ke mana-mana bawaan mereka marah melulu. Padahal, masih ada bab selanjutnya tentang tawadhu’, sabar, dan seterusnya. Mereka inilah yang menjadi masalah, karena siapapun yang berbeda pasti akan disalahkan dan disesatkan.

“Dan sikap pethenthengan ini yang menjadi awal tidak adanya toleransi. Karena pethenthengan juga, kadang orang yang beragama melakukan hal-hal yang bertentangan dengan ajaran agamanya secara tidak sadar. Tapi kalau dasarnya cinta, seperti kaum sufi, itu nggak ada pethenthengan,” ujarnya.

Untuk itu, Gus Mus berpesan, hendaknya kaum muslim belajar terus tanpa henti. Dan berfikirlah segila mungkin, toh ayat al-Qur’an yang menyuruh berfikir itu sama banyaknya dengan ayat al-Qur’an yang menyuruh untuk berzikir. “Jadi, jangan pasang plang dulu ‘saya wakil Pengeran’. Tapi pelajari dulu yang dalam. Kalau tidak, alih-alih dicintai Allah SWT, tapi malah dibenci-Nya,” katanya mengingatkan.

“Jika dimintai pendapat oleh Bakorpakem soal Ahmadiyah, apa yang akan Gus Mus sampaikan?” tanya aktivis Jaringan Islam Liberal (JIL), Novriantoni Kahar.

Dengan kesantaian khas kiai pesantren, Gus Mus mengatakan dirinya tidak akan ngomong apa-apa soal Ahmadiyah, karena Bakorpakem belum memintai pendapatnya. “Nanti saja kalau sudah ditanya Bakorpakem,” katanya disambut tawa hadirin.

Penulis buku Membuka Pintu Langit (Kompas: 2007) ini lantas mengritik perilaku kelompok Islam tertentu yang gemar merusak properti milik Jemaah Ahmadiyah atau memukuli jemaahnya, karena menganggap mereka sesat. Gus Mus menamsilkan, ada orang yang hendak pergi ke Jakarta lalu berhenti di Rembang Jawa Tengah. Ia lantas berjalan terus ke arah Surabaya. “Mau ke mana?” tanya Gus Mus. “Mau ke Jakarta!” jawab orang itu.

“Saya lalu bilang, mau ke Jakarta kok ke timur? Berarti kamu ini salah alias sesat. Ya, saya tempeleng saja. Apa begini caranya? Cara ini kan nggak bener dan lucu,” kata Gus Mus heran.

Ini terjadi, kata Gus Mus, tak lain karena orang belajar ajaran agamanya tidak tutug atau tuntas. “Baru sarjana muda leren (selesai), lalu merasa sudah S3,” sindirnya.[nhm

http://www.wahidinstitute.org/indonesia/content/view/672/52/

1 komentar:

abah anang mengatakan...

Pertama, tentang keberagaman beragama sebagai seorang muslim tidak merujuk pada Mpu Tantular tetapi kepada AL QUR'AN, sudah sangat jelas pada surat Al Kafiruun seperti yang Saudara sebutkan juga. Bukan diseragamkan, selama agama berbeda ga masalah merujuk pada surah Al Kafiruun, tetapi penistaan agama adalah masalah yang berbeda.
Kalau Saudara mengaku muslim Tuhan dan Rasul yang Saudara imani siapa? nah kalau ada sebuah aliran yang mengaku islam tetapi mengimani selain Allah dan Rasulullah Muhammad SAW, apa bukan dikatakan penistaan agama. Saya setuju kita jangan terlalu ribut dengan perbedaan. tetapi kalau perbedaan tersebut masalah vital seperti tauhid, rukun islam/iman, saya pikir tunggu dulu. mereka inilah yang dipertanyakan islamnya.
saya seorang awam, namun insya Allah saya tetap meyakini rukun islam dan iman tersebut.
orang kristen mau percaya Nabi Isa itu tuhan mereka memang ga masalah, kembali kepada surah Al Kafiruun, tetapi "al-Qur’an sendiri kan bilang salamun ‘alaihi yauma wulid (mudah-mudahan kedamaian atas JESUS pada hari kelahirannya)", emang ADA? QS apa berapa?. NAUDZU BILLAH
"ada orang yang hendak pergi ke Jakarta lalu berhenti di Rembang Jawa Tengah. Ia lantas berjalan terus ke arah Surabaya. “Mau ke mana?” tanya Gus Mus. “Mau ke Jakarta!” jawab orang itu.

“Saya lalu bilang, mau ke Jakarta kok ke timur? Berarti kamu ini salah alias sesat. Ya, saya tempeleng saja. " saya pikir adalah sebuah analogi yang keliru. orang mau ke jakarta lewat mana pake alat transportasi apa terserah saja memang ga masalah. mau naik pesawat terbang, kereta, mobil, kapal laut ya terserah. dalam artian mau mengharap ridho Allah dengan kendaraan islam, kristen (tuhan), katolik, dsb ya.. terserah, sekali lagi kembali surat Al Kafirun. hanya saja, dalam kasus kita rombongan nih, dalam sebuah mobil menuju jakarta terserah mau lewat mana udah sepakat ga da masalah. hanya beberapa orang atau ada seorang dalam rombongan tersebut mencoba mengganti bahan bakar premium (mis. mobil menggunakan BBM premium) dengan air biasa dengan dalih penghematanlah, sama-sama benda cair..atau alasan ga lainnya. menurut saudara, apakah tindakan ini tidak akan mencelakai penumpang lainnya? inilah maksud kenapa Ahmadiyah ini dianggap berbahaya. Knapa? karena dia mengganti Rasul yang kita imani adalah Muhammad SAW (insya Allah saudara juga demikian) dengan mirza ghulam ahmad la'natullah. naudzu billah.
lihatlkah, perkara ahmadiyah ini, akhirnya kita saja yang insya Allah sama-sama meyakini syahadat masih berbeda pendapat atas golongan orang-orang yang sudah jelas merusak aqidah.
semoga Allah Swt memberikan hidayah dan ampunan kepada kita sekalian Amin. wallahu a'lam bishshawwab.

Mau Lihat Pesawat Boeing Landing Di atas Mobil?